Minggu, 28 Oktober 2012

Ketika Indonesia Membantu 'Kawan Lama' Myanmar yang Sedang Tertatih


Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
JakartaHubungan bilateral Indonesia-Myanmar bukanlah hubungan yang baru seumur jagung. Hubungan kedua negara terjalin sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945 silam.

Kala itu Indonesia membutuhkan diplomasi ke luar negeri untuk mendapatkan pengakuan. Menurut Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Sebastinus Sumarsono, Myanmar adalah satu negara yang ikut membantu diplomasi Indonesia.

"Indonesia dan Myanmar adalah sahabat lama," kata Sebastianus saat berbincang dengan detikcom, Minggu (28/10/2012).

Pada sekitar tahun 1948 dan 1949, Indonesia mulai membuka hubungan diplomatik dengan Myanmar. Sebastianus menyebut saat itu, Myanmar merupakan negara yang paling maju dan sejahtera diantara negara-negara di Asia Tenggara. Myanmar dapat disebut sebagai salah satu negara sahabat Indonesia yang banyak membantu Indonesia usai proklamasi kemerdekaan.

"Salah satunya menyediakan landasan bagi pesawat pertama Indonesia di Myanmar dari India di mana saat itu landasan-landasan lain tidak membuka diri karena diduduki oleh Belanda," ujarnya.

Tidak hanya itu, Myanmar juga turut membantu Indonesia dalam menyelenggarakan konferensi internasional untuk kemerdekaan Indonesia di luar negeri.

"Menyelundupkan amunisi ke Indonesia dan memberikan informasi tentang Indonesia kepada dunia luar," jelasnya.

Sayangnya, pada tahun 1962 terjadi kudeta politik di mana saat itu militer mengambil alih kekuasaan. Saat itulah keadaan di Myanmar berubah secara drastis. Puluhan tahun berlalu, pada tanggal 7 Novermber 2010, kekuasaan militer pun berganti. Indonesia tidak tinggal diam dan ikut membantu Mnyanmar yang juga merupakan 'kawan lama' dalam membangun kembali negaranya.

"Kita inginkan bagaimana membangun kembali negaranya dan di PBB Indonesia mengadakan konferensi tentang Myanmar," ujarnya.

Sebastianus mencoba menggambarkan sedikit tentang situasi politik di negeri 1000 pagoda itu. Salah satu gerakan reformasi yuang dibangun pemerintah Myanmar dalam dua tahun terakhir adalah dengan membebaskan ratusan tahanan politik, termasuk tokoh demokrasi Aung San Sukyi. Porsi keterlibatan milter di parlemen juga dipangkas.

Salah satu tindakan yang Myanmar yang patut diapresiasi adalah dengan mendirikan lembaga Komnas HAM. Myanmar adalah negara kelima di Asia Tenggara yang membangun lembaga HAM.

"Banyak yang mengatakan tindakan itu meng-copy cara Indonesia," kata dia

Sementara itu, Kepala Penerangan Sosial dan Budaya Kedubes RI di Myanmar, Djumara Supriyadi menjelaskan, Myanmar saat ini tengah membangun kembali negaranya yang sempat tertutup. Bahkan bisa disebut, Myanmar baru berumur 2 tahun. Negara ini (Myanmar) tengah belajar berdemokrasi lagi dengan mencoba merangkul 11 etnis bersenjata yang berada di wilayah perbatasannya.

Bahkan ketika terjadi konflik komunal di Provinsi Rakhine, Indonesia yang kemudian diwakili Jusuf Kalla dari Palang Merah Indonesia (PMI) secara khusus datang membantu untuk memberikan bantuan dan mencoba memberikan solusi atas konflik itu.

Salah satu lembaga kemanusiaan asal Indonesia, Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyebut upaya kemanusiaan yang yang dilakukan di Provinsi Rakhine adalah upaya diplomasi Indonesia lewat jalur kemanusiaan di mana saat ini Myanmar mencoba untuk menyelesaikaan masalah itu. "Kita membawa bendera Indonesia di sini dan masuk lewat jalur diplomasi kemanusiaan. Karena apa yang dilakukan kita membawa bendera Indonesia," ujar Vice President ACT, Syuhelmaidi Syukur.

Syuhelmadi menyebutkan banyak warga Indonesia yang mencoba memberikan bantuan kepada warga Provinsi Rakhine yang terkena bencana. "Ini amanah masyarakat Indonesia dalam bentuk bantuan kemanusiaan baik dalam jangka pendek dan jangka panjang," ucapnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar