Rabu, 23 Januari 2013

Sekolah diliburkan, ratusan siswa SMA 93 demo

Sekolah diliburkan, ratusan siswa SMA 93 demo
Tanggal : 28 Oct 2010 
Sumber : Harian Terbit 




Harian Terbit, JAKARTA - Sedikitnya 150 siswa SMA 93 Jakarta melakukan unjuk rasa seiring acara serahterima kepala sekolah yang baru dari Barita Pakpahan kepada penggantinga Muadi Ochin. Ironisnya, hanya karena acara serahterima itu, sekolah diliburkan sehingga membuat heran sebagian besar guru dan siswa.

Dari pantauan Harian Terbit di SMA 93 yang berlokasi di Kompleks Paspampres Bulakrantai itu, meski sekolah diliburkan secara resmi melalui pengumuman langsung lewat sound system dan membuat pengumuman di kertas karton 'Hari ini 27-10-2010 Belajar di rumah', tapi separuh siswa kelas III tetap masuk.




Mereka sengaja mengambil moment tersebut untuk mengingatkan kepala sekolah lama mempertanggungjawabkan perbuatan diskriminasi selama ini kepada siswa. Mereka juga mempertanyakan baru kali ini ada acara serahterima kepala sekolah, sekolah diliburkan.




Para siswa kelas III tersebut berusaha masuk ke halaman sekolah, tapi dihalau staf TU bernama Kuswara dan Bendahara Sekolah/Komite, Ny. Manurung. Namun siswa tetap berkumpul di sekitar sekolah, karena pintu gerbang sekolah ditutup dan dijaga satpam, selain Kuswara dan Manurung.




"Mungkin karena kepala sekolahnya bermasalah dia takut ketika acara serahterima didemo guru dan siswa," jelas seorang guru yang tidak mau disebut namanya saat ditemui Harian Terbit, Rabu (27/10).




Menurutnya, baru kali ini sekolah diliburkan hanya karena ada acara serahterima. Padahal, selama ini tidak ada libur kalau ada serahterima kepala sekolah.





Sejumlah guru juga tidak hadir dalam acara serahterima tersebut. Bahkan, pengurus Osis pun yang semula tidak diundang untuk menghadiri acara tersebut, mendadak diundang.




"Kami datang kesini karena diundang mendadak. Temen-temen lainnya yang datang karena penasaran ada apa sih sebenarnya kok sekolah diliburkan dengan alasan tidak pas. Kami rugi tidak belajar," jelas salah satu, siswa kelas III yang juga pengurus Osis kepada Harian Terbit, Rabu (27/10).




Dia dan sejumlah siswa SMA 93 yang ditemui Terbit pun mempertanyakan uang Osis yang selama ini dikutif sekolah sebesar Rp180.000/tahun tidak transparan penggunaannya. Mereka menilai selama ini kalau Osis ingin mengadakan kegiatan selalu ditolak sekolah dan sekolah tidak diskriminatif.




"Padahl, kita bayar uang Osis tiap tahun tapi kalau siswa ingin mengadakan kegiatan selalu ditolak, kalau pun diberi sangat dipersulit.Sekolah selalu menyebut tidak ada uang," ujarnya.




Di SMA 93 ini ada 18 rombongan belajar, dan total siswa diperkirakan 600-an orang., kata guru tadi, kalau mau fair berapa juta uang yang masuk ke sekolah. Selain itu,. SMA 93 ini mendapat dana dari pemerintah pusat sebesar Rp100 juta untuk kegiatan peningkatan mutu siswa dan guru.




"Tahun ini sekolah ini dapat dana Rp100 juta untuk kegiatan peningkatan mutu siswa dan guru tapi kegiatan tersebut tidak optimal dilakukan. Selain itu, kepala sekolah Barita memperlakukan guru layaknya buruh, bukan sejawat. Bahkan, guru seringkali tidak dilibatkan," ujarnya.




Kepala sekolah tidak transparan dalam penggunaan uang yang masuk. Padahal, selain anggaran rutin dari pemda, sekolah juga mengutif uang komite yang besarnya Rp200.000/siswa.




"Nah, dikemanakah uang tersebut. Kami berharap kepala dinas pendidikan DKI Jakarta bisa melakukan investigasi. Memang secara administrasi lengkap, tapi itu diatas kertas. Kami guru-guru tahu benar dana yang masuk tidak sesuai dengan peruntukannya," ujarnya. (mulya)






foto by : ayodya dan teman-teman SMAN 93 Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar